Kamis, 17 Maret 2011

Terlalu, Bank Sumut Paluta Coret-Coret Rumah Nasabah

Sebagai sebuah lembaga milik pemerintah seharusnya harus bekerja secara professional dalam rangka meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat. Karena hal tersebut merupakan cita-cita dan tujuan negara dalam mengayombi warga negaranya.
Hal tersebut tidak tercermin dari sebuah lembaga perbankan milik pemerintah, Bank Sumut (Sumatera Utara) yang merupakan milik Pemerintah Daerah Sumut tersebut tidak mencerminkan sikap professioan dalam rangka melakukan hubungan dengan nasabah dan konsumennya.
Kejadian yang sungguh tidak “mengenakkan” ini terjadi pada beberapa nasabah yang melakukan pinjaman dengan agunan di daerah Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara baru-baru ini.
Wartawan Metro Star memperoleh informasi yang menghebohkan ini dari beberapa warga di Kecamatan Dolok, Padang Lawas Utara. Tepatnya ketika para pihak Bank Sumut mendatangi Nasabah yang belum bisa membayaran tagihan pinjaman mereka.
Alasan dari para nasabah yang belum membayat atau menunggak pembayaran tagihan bulanan ini karena kondisi ekonomi mereka yang sedikit terganggu akibat banyak faktor, diantaranya hasil panen buah sawit dan karet mereka sedikit berkurang dari biasanya.
Menurut salah seorang nasabah yang enggan diungkapkan namanya menjelaskan bahwa Pihak Bank Sumut mendatangi rumahnya biasanya pada hari Sabtu dan Minggu yang berarti tidak dalam waktu jam kerja dan layaknya seperti preman atau juru sita yang arogan.
“Mereka mendatangi rumah kami dan warga lain yang pembayaran bulanan pinjamannya bermasalah karena menunggak, setelah kami menjelaskan akan sesegara mungkin melakukan pembayaran mereka tidak langsung mengerti, oknum Bank Sumut ini malah ‘mengecat’ rumah kami tanpa alasan yang jelas” ujarnya kepada wartawan Metro Star.
Nasabah ini juga menambahkan bahwa bukan rumah miliknya saja yang ‘cat’, banyak rumah warga yang bernasib sama. Malah mereka cenderung arogan dan membawa senjata tajam yang seolah-olah seperti preman.
“Dan yang lebih parah mereka (Bank Sumut Cabang Paluta) tidak menggunakan pakaian dinas, persis preman yang menagih utang di negara yang tidak memiliki hukum, pokonya tidak ada etika sama sekali” tambahnya.
“Pihak Bank Sumut tanpa meminta izin memperlakukan rumah nasabah seperti rumah yang sudah berpindah haknya kepada Bank Sumut, padahal belum ada proses pengadilan. Mereka mengecat rumah dengan cat berwarna merah yang bertuliskan “MILIK PT. BANK SUMUT”. Menurut saya itu adalah pelanggaran hukum tindakan pengerusakan” tambah nasabah berinisial LS yang juga rumahnya dirusak oleh pihak Bank Sumut.
Para nasabah mengakui bahwa tunggakan hutang mereka diakibatkan krisis global yang memberikan dampak terhadap harga panen mereka jauh turun drastis dan krisis itu berlangsung sangat lama sekali sehingga mereka sangat kesulitan untuk membayar angsuran pinjaman setiap bulan ditambah dengan beban biaya hidup sehari-hari yang makin mahal.
Nasabah Bank Sumut ini meminta kepada Direktur Utama PT. Bank Sumut untuk segera melakukan tindakan tegas terhadap jajarannya yang arogan terhadap rakyat sebagai nasabah Bank Sumut, karena sikap tersebut tidak mencerminkan sikap professional. Karena para nasabah ini juga ingin sekali hutang mereka kepada Bank Sumut untuk sesegaranya dibayar karena sertfikat rumah dan kebun mereka jauh lebih mahal harganya dibandingkan pinjaman yang diberikan.
Para nasabah berharap agar Gus Irawan Pasaribu selaku Dirut Bank Sumut bisa bersikap arif dan bijaksana serta mampu melihat kondisi nasabah. Gus Irawan Pasaribu diharapkan bertanggung jawab dengan menindak tergas petugas yang kurang professional tersebut.
Ketika hal ini dikonfirmasikan kepada pihak Bank Sumut yang mengaku Koordinator Lapangan khusus Penagihan Lapangan beserta anggotanya ketika melakukan penagihan, dirinya meminta maaf kepada nasabah karena itu di luar sepengatahuannya, dan dirinya mengatakan akan memanggil petugas tersebut.
Wartawan Metro Star mencoba melakukan konfirmasi dan klarifikasi ke Kacab Bank Sumut Paluta, sang kepala tidak ada di tempatnya kerjanya.
Wartawan Metro Star mencoba meminta tanggapan Gubsu H. Syamsul Arifin, SE atas insiden memalukan tersebut karena H. Syamsul Arifin, SE dinilai masyarakat sebagai Gubernur yang merakyat dan tanggap terhadap kesengsaraan yang dialami rakyatnya tidak berhasil alias nihil, karena kontak yang dilakukan via telepon seluler tidak direspon oleh sang Gubernur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lagu dan Kuling Kuling Acca dari Paluta: