Kamis, 17 Maret 2011

Aji Kecam Aksi Kekerasan Terhadap Wartawan di Paluta

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Medan menyesalkan sikap sejumlah oknum personil Brimob Panyabungan, terhadap beberapa wartawan yang meliput konflik lahan antara warga Desa Ujung Gading, Kecamatan Simangambat, Kabupaten Padang Lawas Utara dan PT Wonorejo Perdana.
Ketua AJI Medan Rika Yoesz mengatakan, dari laporan yang diterima, sejumlah wartawan diintimidasi oleh personil Brimob Panyabungan yang mengamankan aktivitas PT Wonorejo Perdana bersama satuan pengamanan (Satpam) perusahaan dalam bentuk upaya penghalangan terhadap wartawan melakukan peliputan, penganiayaan hingga upaya perampasan kamera dan teror.
"Kami menyesalkan perilaku personil Polri tersebut. Perbuatan ini telah merusak profeionalisme Polri yang terus melakukan pembenahan," tegas Rika Yoesz di Medan, Ahad (06/02/2011).
Rika meminta Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo, untuk dapat mengingatkan seluruh jajaran kepolisian untuk menjunjung tinggi profesionalisme kepolisian.
Dengan tidak membekingi aktivitas perusahaan yang justru melanggar hak masyarakat menyampaikan aspirasi dan peran jurnalis memberitakan sebuah informasi.
Dia juga meminta kepada Kapolda Sumatera Sumatera Utara Irjen Pol Oegroseno untuk dapat menuntaskan persoalan ini jelang akhir masa kepemimpinannya di Poldasu. Mengingat apa yang selama ini dilakukan Oegroseno cukup mampu mendorong perubahan signifikan terhadap sistem di tubuh Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Apalagi aktivitas jurnalis dalam menjalankan tugasnya diatur dalam Undang-undang No 40 Tahun 1999 Tentang Pers.
"Kami berharap Kapoldasu Oegroseno dapat terlibat langsung menindaklanjuti persoalan ini," harap Rika.
Sementara sebelumnya, salah seorang korban kekerasan, Hendri Sahputra, yang merupakan stringer SCTV mengaku, Jumat (03/02/2011) lalu sekira pukul 11.00 WIB, bersama beberapa wartawan dia meliput aksi masyarakat Desa Ujung Gading Julu, Kecamatan Simangambat, Kabupaten Padang Lawas Utara, yang menghalangi aktivitas alat berat milik perusahaan. Namun saat meliput, sekitar sepuluh personil Brimob bersenjata lengkap dan satpam PT Wonorejo Perdana berusaha merampas kamera miliknya dan menganiaya Hendri.
"Saya tertinggal dari wartawan lain dan masyarakat yang melarikan diri. Kesepuluh Brimob dan Satpam itu pun menendang dada, perut, kepala dan punggung hingga saya tersungkur," ungkap Hendri Sahputra.
Setelah dapat melarikan diri, Hendri pun melaporkan kekerasan yang dialaminya ke Polres Tapanuli Selatan keesokan harinya setelah terlebih dahulu melakukan visum et repertum. Pengaduan ini terdaftar dengan nomor LP/500/III/2011/TPS tertanggal 4 Maret 2011.
Selain kekerasan fisik yang dialami Hendri Sahputra, wartawan Harian Waspada di Padang Lawas Utara, Deni Syafrizal Daulay (29), juga mengaku berulangkali mendapatkan teror melalui telepon selulernya. Seseorang yang mengaku sebagai personil Brimob Panyabungan mengancam akan menghabisi Deni bila tetap memberitakan persoalan konflik lahan antara masyarakat dan PT Wonorejo Perdana di Desa Ujung Gading, Kecamatan Simangambat, Paluta.
"Berulangkali saya mendapat telepon berisi ancaman dari oknum yang mengaku personil Brimob Panyabungan," ungkap Deni. Meski demikian, Deni mengaku tetap memberitakan setiap perkembangan sengketa lahan antara masyarakat dan PT Wonorejo Perdana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lagu dan Kuling Kuling Acca dari Paluta: